Sabtu, 29 November 2014

MEMBANGUN PRODUKTIFITAS DIRI DAN BERPIKIR RASIONAL 
   Yang dimaksud dengan berpikir rasional adalah menimbang baik dan buruk suatu hal atau pilihan dengan matang. Seseorang harus memiliki cita-cita sebagai motivasi diri, selain itu juga harus mempunyai hobi yang positif terutama pada masa usia muda. Produktifitas semakin subur pada mereka yang sejak kecil memiliki talenta yang menonjol, kapabilitas diatas rata-rata dan lingkungan yang sangat mendukung pematangan dirinya.
   Dengan kata lain, orang tersebut sudah membangun dan mengarahkan keinginan sejak dini, sehingga mampu berproduksi dengan baik pada usia muda. Seseorang yang terarah dengan baik, mempertimbangkan jalan hidupnya, memikirkan langkah yang harus dilakukan dalam jangka pendek dan panjang. Jangka pendek, misalnya mendapatkan pendidikan atau memulai karier. Ia harus memilih dan menentukan skala prioritas, tetapi harus berdasarkan pilihan yang rasional, kapabilitas diri, dan peluang yang tersedia. Bagi orang tua hendaknya jikala sang anak sudah mencapai usia dewasa, orang tua harus melepaskan anaknya untuk lebih mandiri sebagai proses pembelajaran hidup mereka. Misalnya dengan membiarkan mereka mulai bekerja sambil kuliah dan menentukan sendiri apa yang baik untuknya. Ada perbedaan anak yang pada usia muda mulai bekerja sambil kuliah dengan anak yang kuliah mengandalkan orang tuanya. Anak yang sudah bekerja sambil kuliah akan terbentuk kematangan secara sempurna dengan kemandirian dan pengalamannya dalam bekerja. 
   Sedangkan yang hanya mengandalkan orang tuanya, mereka akan minim pengalaman dan ketika lulus, sulit menentukan pegangan dalam menentukan pilihan hidupnya. Dalam bekerja pada saat masa kuliah selain terdapat sisi positif juga terdapat sisi negative dalam dirinya. Sisi positifnya, ketika usianya semakin bertambah dan posisinya semakin baik, maka akan semakin matang pembentukan dirinya. Sisi negatifnya, tak jarang muncul ketidaksiapan ketika mangalami kemunduran dalam berkarier. Akan mudah depresi, terlebih jika orang tersebut tidak memiliki lingkungan dan pembimbing yang mendukung. Oleh karenya, harus membangun ketahanan diri. Lalu bagaimana caranya untuk membangun ketahanan diri? Bisa dengan benteng keimanan atau nilai-nilai keagamaan. Jadi, ketika ia jatuh dengan sendirinya dapat kembali bangkit dengan semangat yang kuat. Wallahu a’lamu bisshowab……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Tidak Memberikan Komentar Yang Bersifat SARA, FITNAH, GHIBAH dan adu Domba.